Ekonomi Sulit dan Bencana Alam: Sudah Cukup Menyadarkan Kita?

Erfapulsa
By -
0

Kondisi Ekonomi yang Menyulitkan

Banyak anak negeri ini masih merasakan kesulitan dalam kondisi ekonomi mereka. Pendapatan riil mereka menurun, dan sebagian besar anggota keluarga yang sudah masuk ke dalam angkatan kerja masih menganggur. Mereka menunggu lapangan kerja yang diharapkan, namun tidak kunjung datang. Selain itu, ada kasus PHK yang melanda banyak pekerja di negeri ini.

Dalam situasi seperti ini, muncul informasi yang membuat masyarakat "terperangah". Informasi tersebut menyebutkan adanya bandara di salah satu bagian negeri ini yang beroperasi ilegal tanpa izin resmi dari pemerintah. Jika informasi ini benar, maka akan terjadi kerugian besar bagi negara dan dampak lainnya yang tidak bisa diprediksi.

Selain itu, seorang menteri yang berjuang memperbaiki ekonomi negeri ini menghadapi tantangan dan serangan dari berbagai pihak. Negeri ini kini "menangis" dan "marah", ditunjukkan melalui fenomena banjir yang terjadi di berbagai wilayah, termasuk di Sumatera.

Anak-anak negeri yang tinggal di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat (Padang) kini menderita akibat banjir. Mereka kehilangan harta benda karena diterjang air dan lumpur. Alam mulai tidak bersahabat dengan anak negeri ini, yang disebabkan oleh perbuatan beberapa individu yang merusak lingkungan untuk kepentingan pribadi. Mereka mengambil dan memusnahkan sumber daya alam seperti hutan dan bumi.

Wajar jika alam marah, karena tindakan manusia yang merusak lingkungan. Banjir tidak hanya berupa air yang meluap, tetapi juga lumpur yang membawa berbagai harta benda. Di Sumatera Utara, banjir membawa kayu gelondongan yang diduga berasal dari penebangan liar atau kayu bekas yang sudah lapuk. Ini membutuhkan investigasi lebih lanjut.

Peringatan Tuhan

Peringatan Tuhan telah terlihat melalui fenomena alam seperti banjir dan lumpur. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar" (QS Ar-Rum:41).

Sudah cukupkah peringatan ini? Idealnya, banjir dan bencana alam ini cukup mengingatkan kita akan tindakan kita yang merusak bumi dan lingkungan. Namun, sepertinya peringatan ini belum berhasil menyadarkan kita, baik diri sendiri maupun para pemimpin negeri ini.

Masalah Sosial dan Politik

Masalah sosial dan politik masih menjadi tantangan besar. Banyak tokoh agama, ulama, dan pemikir bangsa yang lebih fokus pada urusan pribadi daripada mengajak masyarakat berbuat baik dan mencegah perbuatan buruk. Sistem yang ada pun sering kali menghambat upaya amar ma'ruf nahi munkar, sehingga slogan ini hanya menjadi hiasan lisan.

Tidak sedikit orang yang mengabaikan tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi. Tindakan kezoliman dan penindasan sesama masih terjadi. Mereka lebih memilih keuntungan pribadi daripada kebaikan umum.

Harapan untuk Perubahan

Harusnya, kita menghentikan tindakan kezoliman dan menindas sesama. Mari kita bangkit dan berubah. Alam yang kaya akan sumber daya alam harus digunakan untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Jika sumber daya alam dikelola dengan baik, maka kemiskinan ekstrem dapat diminimalisir. Anak negeri ini akan mendapatkan subsidi dan bantuan yang cukup untuk meningkatkan kesejahteraan.

Jangan tunggu sampai musibah yang lebih besar melanda negeri ini. Jangan biarkan kemarahan alam menghancurkan negeri ini. Mari kita bangkit, berubah, dan sadar. Mari kita bermesraan, karena siapa lagi yang akan membantu kita jika tidak kita sendiri. Selamat berjuang!

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default