
Kehidupan Penuh Drama dan Kekerasan yang Menjadi Awal Kekacauan
Ibunda dari Alvaro Kiano Nugroho, Arum Indah, mengungkapkan bahwa ia dan suaminya, Alex Iskandar (49), sudah berpisah sejak 2024. Hal ini disebabkan oleh sifat temperamental Alex yang tidak bisa menerima anak-anaknya. Selama masa pernikahan mereka, Arum juga mengaku pernah mengalami kekerasan fisik.
"Awalnya, saya tidak pernah mau bilang kepada orang tua karena itu masalah rumah tangga sendiri," ujarnya saat ditemui di rumah duka di kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Selasa (25/11/2025).
Arum menjelaskan bahwa ada bukti-bukti foto yang menunjukkan bahwa dirinya pernah dipukuli, serta adik-adik Alex sebagai saksi. Ia merasa sulit untuk hidup bersama orang seperti itu. Bahkan, kekerasan tersebut akhirnya berdampak pada anak-anak mereka.
Ancaman Menculik yang Tidak Diperhatikan
Arum juga mengungkapkan bahwa Alex pernah mengancam akan menculik Alvaro. "Dia pernah berkata, 'kalau lu enggak mau balik lagi sama gue, gue bakal culik anak itu'." Ancaman ini terjadi pada pertengahan 2024, namun awalnya Arum menganggapnya sebagai candaan.
"Karena saya pikir itu hanya bercanda, tidak akan terjadi. Tapi ternyata dia sedang jajan, main. Oh, ya aku pikir, oh, enggak mungkin lah ya kan, dia culik kayak gitu," tambahnya.
Meski sudah berpisah, Alex masih terus berusaha untuk balikan dan mendekatkan diri dengan keluarga. Ia sering datang ke rumah, termasuk pada 6 Maret 2025 ketika Arum menelponnya soal Alvaro hilang.
Fakta Baru Terungkap
Fakta baru terungkap terkait pemilihan lokasi pembuangan Alvaro Kiano Nugroho (6) oleh ayah tirinya bernama Alex Iskandar (49) di wilayah Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ternyata, Alex tidak memilih lokasi secara acak hingga akhirnya kerangka Alvaro ditemukan.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Ardian Satrio Utomo menjelaskan bahwa Alex memiliki kerabat yang tinggal di sekitar Tenjo. Hal ini membuat pelaku memahami kondisi lingkungan, termasuk titik-titik yang jarang dilalui warga. Pengetahuan itu dimanfaatkan untuk mencari lokasi pembuangan jenazah yang dianggap aman.
"Dia sudah mengetahui lokasi mana yang sepi, termasuk tempat pembuangan sampah di bawah jembatan,” ujar Ardian dalam konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Senin (24/11/2025).
Menurut Ardian, hasil pemeriksaan penyidik menunjukkan Jembatan Cilalay merupakan area yang tidak terlalu ramai dan sering digunakan warga sebagai lokasi pembuangan sampah. Kondisi ini membuat pelaku yakin bahwa jenazah korban akan sulit ditemukan, terlebih karena dibuang pada malam hari.
Perbuatan Terencana
Alex merasa tindakannya tidak akan menimbulkan kecurigaan karena ia kerap melewati daerah itu dan mengetahui rute-rutenya. “Pelaku yakin jenazah tidak akan ditemukan karena tempatnya sepi, minim penerangan, dan berada di bawah struktur jembatan,” ujar Ardian.
Pernyataan serupa disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto yang menjelaskan Alvaro diculik pada 6 Maret 2025 dan dibunuh pada malam hari dengan cara dibekap. Tindakan itu dilakukan karena korban terus menangis setelah diculik oleh pelaku yang merupakan ayah sambungnya.
Jenazah Alvaro sempat disimpan di garasi rumah pelaku di kawasan Tangerang, Banten. Tiga hari kemudian, pada 9 Maret 2025, Alex membawa jenazah yang telah dibungkus plastik hitam menggunakan mobil berwarna silver. Berdasarkan prarekonstruksi, Alex mengakui langsung membuang bungkusan tersebut ke area pembuangan sampah di bawah jembatan.
Hasil Pemeriksaan Forensik
Kerangka korban baru ditemukan pada Jumat (21/11/2025) setelah seorang saksi kunci memberikan informasi kepada penyidik mengenai lokasi tersebut. Saat ditemukan, kerangka sudah terpisah akibat proses pembusukan alami sehingga bukan merupakan mutilasi.
“Tulang yang kami terima merupakan kerangka manusia berjenis kelamin laki-laki dengan ciri morfologi ras mongoloid,” ucap dokter forensik RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur, dr Farah, dalam kesempatan yang sama.
dr Farah membeberkan hasil pemeriksaan terhadap kerangka Alvaro Kiano. Tim dokter telah mengambil sampel DNA jenazah tersebut. “Pada Senin (24/11/2025) pukul 00.15 kami menerima adanya kiriman dari penyidik Polres Metro Jakarta Selatan. Kemudian sesuai SOP dari rumah sakit, pemeriksaan jenazah diterima setelah permintaan dari penyidik, kami melakukan pemeriksaan pada pukul 08.00,” kata dia.
Ia menuturkan, rumah sakit menerima dua kantong jenazah, di mana salah satu kantong berisi dua helai pakaian berupa satu helai kemeja lengan panjang putih dan satu helai celana pendek. Sementara satu kantong lainnya berisikan beberapa potong kerangka atau tulang belulang.
[Dokumentasi foto: ]
Dari hasil analisa terhadap tulang tersebut, kami mendapatkan potongan tulang kerangka manusia bercampur dengan beberapa pasir dan beberapa tulang yang diduga bukan berasal dari manusia. Dari tulang yang berasal dari manusia, tim dokter bisa memperkirakan sejumlah identifikasi, salah satunya perkiraan ras, yakni mongoloid.
Perkiraan jenis kelamin dari tulang tengkorak mengarah ke jenis kelamin laki-laki, hanya saja usianya tidak bisa didapatkan secara persis. “Sehingga kami dibantu oleh (dokter Patologi) forensik dr Debby di rumah sakit, tapi tidak bisa dilakukan analisa terhadap gigi karena tulang rahang tidak ditemukan,” katanya.
Kemudian kami juga dibantu Biddokkes Polri di Cipinang untuk pemeriksaan DNA dari satu tulang panjang yang ditemukan dari tulang belulang lainnya itu kami ambil sampel untuk dilakukan pemeriksaan DNA,” sambung dia.
Dia menambahkan, tim dokter telah mengambil sampel DNA dari kerangka manusia itu. Saat ini, sampel tersebut sudah diserahkan ke penyidik Polres Metro Jakarta Selatan untuk dilanjutkan pemeriksaan lebih lanjut.
